Gambar Sampul Sosiologi · BAB 2 KONFLIK SOSIAL
Sosiologi · BAB 2 KONFLIK SOSIAL
Wida

23/08/2021 12:01:45

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

25

BAB 2

KONFLIK SOSIAL

Tujuan pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan dapat mendeskripsikan hubungan

antara konsep tentang realitas sosial, dan mengidenti

fi

kasi data tentang realitas

social masyarakat.

KETERATURAN

SOSIAL

KONFLIK SOSIAL

MASYARAKAT

Kon

fl

ik antar kelas

Kon

fl

ik antar ras

Kon

fl

ik antar kelompok horisontal

Kon

fl

ik antar kelompok teritorial

Kon

fl

ik antar kelompok korporatif

Kon

fl

ik antar kelompok ideologis

26

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

A. PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial manusia selalu menjalin hubungan (

interaksi

) antara yang

satu dengan yang lainnya. Jalinan hubungan (

interaksi

) tersebut meliputi seluruh dimensi

kehidupan, seperti ekonomi, politik, kebudayaan, agama, ilmu pengetahuan, dan lain

sebagainya. Jika hubungan (

interaksi

) tersebut dilaksanakan secara serasi, selaran, dan

seimbang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku, maka akan tercipta sebuah

keteraturan sosial sehingga kehidupan akan terasa aman dan tentram.

Menjelang runtuhnya penguasa Orde Baru sampai sekarang, berita-berita di media massa

sering diwarnai dengan peristiwa demonstrasi yang menimbulkan korban jiwa. Peristiwa

tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap sistem nilai

dan sistem norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Demonstrasi

tersebut juga telah menunjukkan adanya kon

fl

ik sosial yang merebak dalam peri kehidupan

sosial. Kesadaran seluruh warga masyarakat untuk memegang teguh sistem nilai dan sistem

norma yang berlaku merupakan kunci untuk menghindari kon

fl

ik sosial. Ketaatan terhadap

sistem nilai dan sistem norma secara konsisten akan menciptakan keteraturan sosial yang

pada gilirannya nanti akan menciptakan situasi dan kondisi yang aman, tentram, tertib, dan

damai di dalam kehidupan sosial.

B. KETERATURAN SOSIAL

1. Pengertian Keteraturan Sosial

Coba kalian perhatikan sistem kehidupan yang ada di sekolah kalian. Sekolah merupakan

sebuah lembaga yang di dalamnya terdapat beberapa unsur, seperti staf pendidik, staf

administrasi, para pelajar, penjaga sekolah, tukang kebun, pimpinan sekolah dan sebagainya.

Masing-masing unsur di lingkungan sekolah mengemban fungsi dan perannya masing-

masing. Fungsi dan peran tersebut sekaligus menunjukkan hak dan kewajiban yang harus

ditunaikan di dalam penyelenggaraan kegiatan sekolah. Fungsi, peran, hak, dan kewajiban

tersebut dilaksanakan secara simultan sehingga membentuk sebuah sistem kerja yang rapi

demi terselenggaranya kegiatan belajar mengajar sebagaimana yang telah diprogramkan.

Sumber:

www

.smadwiwarna.net

Sistem belajar mengajar yang baik mencerminkan adanya keteraturan dalam kehidupan sekolah

Kon

fl

ik Sosial

27

Pelaksanaan fungsi, peran, hak, dan kewajiban yang sesuai dengan tata tertib yang

berlaku di sekolah telah menciptakan sebuah keteraturan di lingkungan sekolah. Bisa

dibayangkan, bagaimana jika salah satu dari unsur-unsur yang ada di lingkungan sekolah

tersebut melanggar tata tertib yang telah disepakati bersama tentu keteraturan dalam

kehidupan sekolah akan terganggu. Jika keadaan seperti itu dibiarkan lama kelamaan akan

menimbulkan kon

fl

ik yang dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan sebagaimana

yang diinginkan. Lalu, apakah pengertian dari keteraturan sosial tersebut?

Keteraturan sosial merupakan sebuah kondisi dinamis yang ditimbulkan oleh

terciptanya sendi-sendi kehidupan masyarakat secara tertib dan teratur sesuai dengan

sistem nilai dan sistem norma yang berlaku

. Keteraturan sosial merupakan gambaran

tentang sebuah masyarakat yang tertib. Keteraturan sosial tersebut merupakan sebuah

proses interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang di mana masing-masing unsur di dalam

masyarakat tersebut berpegang teguh kepada sistem nilai dan sistem norma yang berlaku.

Pertanyaannya sekarang adalah: bagaimana keteraturan sosial tersebut bisa terbentuk?

2. Proses Terbentuknya Keteraturan Sosial

Keteraturan sosial dapat terjadi mana kala didukung oleh beberapa unsur keteraturan

sosial, yaitu: order, pola, keajegan, dan tertib sosial. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan

pada bagan berikut ini.

Order

Keajegan

Pola

Tertib Sosial

Keteraturan Sosial

a. Order

Dalam istilah sosiologi, order merupakan suatu sistem nilai dan sistem norma yang

diakui dan dipatuhi oleh warga masyarakat secara konsisten. Konsistensi masyarakat terha-

dap sistem nilai dan sistem norma akan menciptakan social order, yakni suatu sistem atau

tatanan nilai dan norma sosial yang diakui dan dipatuhi oleh segenap warga masyarakat.

b. Keajegan

Keajegan merupakan sebuah kondisi keteraturan di dalam kehidupan sosial yang terjadi

secara tetap dan berlangsung terus menerus. Kondisi seperti ini hanya terjadi jika seluruh

anggota masyarakat memegang teguh terhadap sistem nilai dan sistem norma yang berlaku.

Coba kalian perhatikan kehidupan masyarakat militer. Mereka secara

ajeg

melaksanakan tata

tertib yang dikenal dengan istilah disiplin militer, seperti: mengenakan uniform, melaksana-

kan apel bendera, melaksanakan latihan-latihan, menjalankan tugas, dan lain

sebagainya.

c. Pola

Pola merupakan suatu bentuk dari interaksi sosial pada masyarakat tertentu. Antara pola

dengan keajegan memang memiliki kaitan yang sangat erat. Jika suatu masyarakat melak-

sanakan sistem nilai dan sistem norma secara konsisten maka akan tercipta suatu keajegan.

Selanjutnya, keajegan akan menimbulkan terjadinya pola. Keajegan lebih menekankan pada

sifatnya yang tetap dan berlangsung lama, sedangkan pola lebih menekankan pada bentuk

dari interaksi sosial tersebut.

28

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

Hubungan antara keajegan dan pola seperti di atas dapat diperhatikan contohnya pada

kehidupan sekolah. Kegiatan belajar mengajar di suatu sekolah terjadi secara ajeg, artinya

secara tetap dan terus menerus para pelajar akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

di sekolah, yaitu sejak diterima sebagai murid di kelas satu hingga dinyatakan lulus se-

bagai alumni dari suatu sekolah tersebut. Sedangkan pola berlangsungnya kegiatan belajar

mengajar di sekolah misalnya adalah: (1) Pukul 07.00 WIB para pelajar masuk ke kelasnya

masing-masing untuk memulai kegiatan belajar mengajar sesuai dengan jadwalnya masing-

masing, (2) Pukul 10.15 sampai pukul 10.30 para pelajar diperkenankan untuk istirahat, (3)

Pukul 10.30 para pelajar melanjutkan kegiatan belajar mengajar di kelas masing-masing,

(4) Pukul 12.15 kegiatan belajar mengejar di kelas selesai, (5) Tiap tengah semester sekolah

menyelenggarakan ujian tengah semester, (6) Tiap semester sekolah menyelenggarakan

ujian semester, (7) Tiap tahun diselenggarakan musyawarah tentang kenaikan kelas dan

kelulusan, dan seterusnya.

d. Tertib Sosial

Tertib sosial merupakan suatu kondisi di mana setiap warga masyarakat memegang

tegus sistem nilai dan sistem norma yang berlaku sehingga terjadi keselarasan antara tin-

dakan sosial dengan nilai dan norma yang berlaku tersebut. Dengan demikian terdapat dua

syarat bagi terwujudnya tertib sosial, yaitu: (1) terdapat suatu sistem nilai dan sistem norma

yang jelas di dalam tata kehidupan masyarakat, dan (2) setiap individu di dalam masyarakat

disiplin dalam melaksanakan dan/atau tidak melanggar sistem nilai dan sistem norma yang

berlaku tersebut.

Di dalam suatu sekolah, misalnya, akan tercipta iklim belajar mengajar yang tertib

apabila setiap komponen yang ada di lingkungan sekolah melaksanakan dan/atau tidak me-

langgar tata tertib sekolah yang diberlakukan. Kondisi seperti ini berlaku di setiap elemen

dalam kehidupan masyarakat. Di pasar, di kantor-kantor, di jalan raya, dan bahkan di dalam

kehidupan keluarga pun terdapat sistem nilai dan sistem norma yang dipegang teguh seh-

ingga tidak terjadi kon

fl

ik sosial yang merugikan.

e. Ketertiban Sosial

Keempat komponen di atas, yaitu order, keajegan, pola, dan tertib sosial merupakan

prasyarat bagi terciptanya ketertiban sosial. Pada dasarnya ketertiban sosial merupakan se-

buah kondisi di mana setiap sendi kehidupan masyarakat berjalan secara teratur. Keteratu-

ran tersebut tercipta karena sistem nilai dan sistem norma memberikan kekuatan kendali

dan kekuatan kontrol di dalam tata kehidupan masyarakat. Kondisi seperti itu terjadi karena

di dalam sistem nilai dan sistem norma terdapat standar perilaku tentang apa yang boleh dan

apa yang tidak boleh, apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang patut dan apa yang tidak

patut, dan sebagainya.

Ketertiban sosial merupakan sebuah kondisi yang sangat diperlukan agar masyarakat

dapat berdaya guna dan berhasil guna. Ketertiban sosial merupakan cermin dari masyarakat

yang stabil dan dinamis. Stabilitas masyarakat mengindikasikan sebuah masyarakat yang

bebas dari kon

fl

ik-kon

fl

ik sosial yang sangat merugikan. Sedangkan dinamisitas merupa-

kan mengindikasikan aktivitas masyarakat yang berdaya guna dan berhasil guna sehingga

kehidupan mereka mengarah kepada tujuan dan cita-cita yang diharapkan.

Kon

fl

ik Sosial

29

C. INTERAKSI SOSIAL, KERJA SAMA, DAN KONFLIK SOSIAL

1. Interaksi Sosial

Seperti yang telah diuraikan di dalam bab sebelumnya bahwa wujud interaksi sosial

adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara individu dengan

kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok. Adapun bentuk interaksi sosial secara

umum terdiri dari dua kategori, yaitu: (1) interaksi sosial yang bersifat asosiatif, dan (2)

interaksi sosial yang bersifat disosiatif.

Kegiatan

(1) Sebagai makhluk sosial, manusia selalu melakukan interaksi dalam menjalani

kehidupan bersama. Seperti yang telah diuraikan dalam bagian sebekumnya,

interaksi dapat terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan

kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Amatilah interaksi yang ter-

jadi di lingkungan sekolah kalian. Berdasar atas pengamatan tersebut, tulislah

bentuk-bentuk interaksi yang terjadi di lingkungan sekolah kalian, baik yang terjadi

antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara

kelompok dengan

kelompok!

(2) Simaklah kembali uraian yang membahas tentang konsep nilai dan norma! Apakah

yang membedakan antara konsep nilai dan norma tersebut?

(3) Diskusikan dengan teman sekelasmu tentang keberadaan sistem nilai dan sistem

norma yang berlaku di lingkungan sekolah kalian!

(4) Bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi dapat bersifat asosiasif maupun disso-

siasif. Beri penjelasan, apa yang dimaksud dengan interaksi sosial yang bersifat

asosiasif dan interaksi sosial yang bersifat dissosiasif?

(5) Dari pengamatan kalian terhadap lingkungan sekolah kalian, klasi

fi

kasikanlah mana

yang merupakan interaksi sosial yang bersifat asosiasif dan dissosiasif?

Interaksi sosial yang bersifat

asosiatif

merupakan suatu gambaran interaksi antara dua

dua orang atau lebih yang mengarah kepada hubungan asosiasi. Kerja sama merupakan

salah satu contoh dari interaksi sosial yang bersifat asosiasi. Sebaliknya, interaksi sosial

yang bersifat

disosiatif

merupakan suatu gambaran interaksi antara dua orang atau lebih

yang mengarah kepada hubungan

disosiatif

atau pertentangan, misalnya kon

fl

ik. Dengan

demikian, kerja sama dan kon

fl

ik merupakan dua hal yang saling kontradiktif satu sama

lain.

2. Kerja Sama (Cooperation)

Pada dasarnya kerja sama merupakan wujud dari keteraturan sosial dalam kehidupan

masyarakat. Itulah sebabnya, kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang paling

mudah dijumpai dalam kehidupan sosial. Sebagian besar kehidupan masyarakat dapat di-

lakukan melalui kerja sama. Beberapa contoh seperti para petani yang sedang mengerjakan

sawah, pembangunan gedung, penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan lain sebagainya

merupakan wujud dari kerja sama.

30

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

Sumber:

Encyclopedia Encarta, 2001

Hasil pembangunan perkotaan atau pusat-pusat perindustrian di atas merupakan bukti adanya kerjasama

Kerja sama dapat diartikan sebagai interaksi antara individu dengan individu, antara

individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok yang menjalin kesepa-

katan dalam mencapai tujuan bersama. Manusia tidak akan mungkin mampu memenuhi se-

luruh kebutuhan hidupnya secara sendiri-sendiri. Kebutuhan hidup manusia dapat dipenuhi

hanya melalui hubungan kerja sama satu sama lain dalam bentuk pembagian (

distribusi

)

peran sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Oleh karena itu, di dalam kehidupan

bermasyarakat kerja sama mutlak diperlukan. Bahkan, terbentuknya suatu masyarakat

merupakan suatu akibat adanya kerja sama antara sekelompok manusia di dalam suatu

wilayah tertentu dan berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang lama.

Jika diperhatikan, mulai dari kehidupan keluarga sampai kehidupan masyarakat luas

terjadi hubungan kerja sama, saling bantu membantu, saling tolong menolong sehingga

kebutuhan hidup mereka dapat terpenuhi. Seorang petani tidak akan mampu menghasilkan

pakaian, barang-barang elektronik, dan barang-barang lainnya sekaligus. Demikian juga

seorang teknisi, penulis, penceramah, pendidik, dokter, dan lain sebagainya akan sangat

membutuhkan petani untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Nenek moyang bangsa Indonesia memiliki tradisi kerja sama berupa gotong royong

di dalam menyelesaikan pekerjaan yang tidak mungkin dapat diselesaikan sendiri, seperti

membangun rumah, mengerjakan lahan pertanian, menyelenggarakan perhelatan, dan lain

sebagainya. Masyarakat Bali memiliki organisasi Subak untuk keperluan mengatur sistem

pengairan lahan pertanian mereka. Masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara memiliki or-

ganisasi Mapalus yang fungsinya mirip dengan Subak dalam kehidupan masyarakat Bali.

Masyarakat pedesaan di daerah Jawa mengenal sistem Sambatan untuk menyelesaikan

pekerjaan yang tidak mungkin dikerjakan sendiri. Pada prinsipnya Sambatan merupakan

suatu permohonan bantuan tenaga secara suka rela tanpa upah sebagai imbalan.

Kon

fl

ik Sosial

31

Di dalam kehidupan masyarakat modern semangat kerja sama semakin diperlukan

karena kondisi kehidupan yang semakin kompleks dan menuntut peran individu yang se-

makin khusus (

spesi

fi

k

) sebagai tuntutan dari profesionalisme. Seorang pengacara yang

profesional harus konsentrasi pada masalah-masalah hukum. Demikian juga seorang peda-

gang, pengusaha, petani, wartawan, pendidik, tehnisi, seniman, dan lain sebagainya harus

konsentrasi pada bidangnya masing-masing agar profesional dalam bidangnya. Dengan

demikian terjadi distribusi fungsi dan peran antara masing-masing individu di dalam ke-

hidupan masyarakat. Distribusi fungsi dan peran tersebut pada gilirannya akan menyatu

dalam sebuah sistem yang saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

James D. Thompson

dan

William J. Mc Ewen

membagi kerja sama menjadi lima ben-

tuk, yaitu:

a.

Kerukunan

, yakni suatu pola tolong menolong dalam kehidupan masyarakat.

b.

Bargaining

, yakni suatu proses tawar menawar di dalam pertukaran barang dan jasa

dalam kehidupan masyarakat.

c.

Kooptasi

, yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kehidupan organisasi

dalam rangka menjaga stabilitas dan sekaligus menghindari timbulnya kegoncangan

dalam kehidupan organisasi yang dimaksudkan.

d.

Koalisi

, yakni kerja sama yang terjadi antara dua orang atau lebih dalam rangka men-

capai tujuan bersama.

e.

Patungan

(

Joint-venture

), yakni kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melak-

sanakan kegiatan usaha bersama dalam rangka mencari keuntungan secara bersama-

sama.

D. KONFLIK SOSIAL

Pada dasarnya kon

fl

ik sosial merupakan benturan beberapa kepentingan antara dua

orang atau lebih yang saling mempengaruhi dalam proses interaksi sebagai akibat dari

adanya perbedaan paham atau perbedaan kepentingan yang bersifat mendasar. Munculnya

kon

fl

ik diawali dengan adanya jurang pemisah (

gap

) yang meretakkan proses interaksi

sosial.

Ibarat sekeping mata uang, kerja sama dan kon

fl

ik akan selalu ada dalam interaksi

sosial. Jika kerja sama merupakan hubungan antara dua orang atau lebih untuk mencapai

tujuan yang sama, kon

fl

ik merupakan hubungan antara dua orang atau lebih yang berbeda

kepentingan sehingga masing-masing ingin keluar sebagai pihak yang menang. Adapun

beberapa hal yang sering menjadi penyebab terjadinya kon

fl

ik adalah sebagai berikut:

a. Adanya perbedaan pandangan yang berkenaan dengan persoalan prinsip.

b. Adanya perselisihan paham yang membangkitkan emosi kedua belah pihak.

c. Adanya benturan kepentingan terhadap suatu objek yang sama.

d. Adanya perbedaan sistem nilai dan sistem norma yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat.

e. Adanya perbedaan kepentingan politik baik yang bersifat lokal, nasional, maupun in-

ternasional.

32

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

Sumber:

Encyclopedia Encarta, 2002

Karl Max

Bentuk-bentuk kon

fl

ik sosial yang ada dalam masyarakat adalah:

1) Kon

fl

ik Antarkelas

Karl Marx

telah menguraikan teori kon

fl

ik yang menggambarkan adanya perjuangan

antarkelas. Dalam pandangannya, paham kapitalisme telah memunculkan dua kelas

masyarakat yang kontradiksi, yakni para buruh (

kaum proletar

) di satu sisi berhadapan

dengan para pemodal (

kaum borjuis

) di sisi yang lain. Menurut teori ini, hubungan yang

terjalin antara kaum buruh dengan kaum pemodal merupakan hubungan antara si kuat yang

berkuasa dengan si lemah yang dikuasai. Kaum buruh yang bekerja dengan keras dan meng-

hasilkan beraneka macam barang produksi hanya dibayar amat murah. Sementara yang

menikmati keuntungan dari kegiatan produksi adalah para pemodal. Keadaan ini dipandang

oleh Karl Marx sebagai suatu ketidakadilan. Oleh karena itu kaum buruh (

kaum proletar

)

harus bangkit melawan ketidakadilan menghadapi kaum pemodal (

kaum borjuis

). Inilah

yang dikenal dengan istilah perjuangan kelas.

Sumber:

Encyclopedia Encarta, 2002

Demonstrasi yang dilakukan oleh kaum buruh menunjukkan adanya kon

fl

ik antar kelas

Kon

fl

ik Sosial

33

2) Kon

fl

ik Antarras

Kon

fl

ik-kon

fl

ik rasial, yakni kon

fl

ik yang menghadapkan antara ras yang satu dengan

ras yang lain, berkembang dalam bentuk perang suku. Fenomena kon

fl

ik antarras ini sering

terjadi dalam kehidupan bangsa-bangsa di Afrika. Secara garis besar, kon

fl

ik antarras

dapat digolongkan atas dua macam, yakni: (1)

kon

fl

ik rasial vertikal

, dan (2)

kon

fl

ik rasial

horizontal

.

Kon

fl

ik rasial vertikal terjadi antara kelompok rasial yang dominan dan memiliki

peranan yang besar berhadapan dengan kelompok rasial yang lemah. Kon

fl

ik antara orang-

orang kulit putih yang berhadapan dengan orang-orang kulit hitam di tanah-tanah jajahan

merupakan contoh dari kon

fl

ik rasial vertikal. Kon

fl

ik antara bangsa Yahudi yang berhadapan

dengan bangsa-bangsa Arab di Palestina juga termasuk contoh dari kon

fl

ik rasial vertikal.

Sedangkan kon

fl

ik rasial horisontal merupakan kon

fl

ik yang terjadi antara kelompok

rasial yang mana satu sama lain tidak berada dalam hubungan dominan (kuat) dan bawahan

(lemah). Dalam kon

fl

ik rasial horisontal, antara kelompok ras yang saling bertentangan

memiliki tingkat yang sama. Kon

fl

ik suku-suku yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

Afrika termasuk dalam jenis kon

fl

ik rasial horisontal.

3) Kon

fl

ik Antarkelompok Horisontal

Sesungguhnya tidak mudah untuk membedakan antara kon

fl

ik antar kelompokver-

tikal dengan kon

fl

ik antarkelompok horisontal. Namun secara mendasar dapat dikatakan,

bahwa kon

fl

ik antarkelompok vertikal melibatkan beberapa kelompok yang mana yang satu

berada pada posisi yang dominan sedangkan yang lainnya berada pada posisi yang lemah.

Sementara, kon

fl

ik antar kelompok horisontal merupakan kon

fl

ik yang terjadi antara be-

berapa kelompok yang mana keduanya berada dalam kondisi yang sama, seperti kon

fl

ik

antara dua keluarga, kon

fl

ik antara suku-suku, kon

fl

ik antara partai-partai politik, kon

fl

ik

antara kelompok ideologis, dan sebagainya.

4) Kon

fl

ik Antarkelompok Teritorial

Pada umumnya manusia membentuk komunitas-komunitas sedemikian rupa sehingga

terbentuklah kelompok teritorial. Kelompok teritorial misalnya adalah suku bangsa, propin-

si kabupaten, kecamatan, dan lain sebagainya. Persaingan-persaingan yang terjadi antara

kelompok territorial tersebut dapat menimbulkan antagonisme yang sewaktu-waktu dapat

meletus menjadi kon

fl

ik sosial.

5) Kon

fl

ik Antarkelompok Korporatif

Seperti halnya kelompok-kelompok territorial, kelompok-kelompok korporatif

memiliki solidaritas yang dibangun berdasarkan kesamaan, yang mana solidaritas tersebut

berhasil menyatukan orang-orang yang mengambil bagian pada jenis kegiatan yang sama.

Kelompok-kelompok profesional merupakan kelas dari kelompok koorporatif yang paling

penting, meskipun bukan satu-satunya kelompok korporatif.

Kelompok korporatif mempersatukan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan

professional tertentu yang biasanya berlatar belakang dari pendidikan atau pelatihan yang

sama. Profesi yang sama akan menghasilkan kedekatan dan solidaritas yang kuat di kalangan

mereka. Biasanya, anggota-anggota dari suatu profesi akan mempertahankan kemajuan

korporat melawan anggota dari profesi yang lain. Dengan demikian, berkembanglah

34

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

antagonisme antara berbagai profesi. Dalam kondisi seperti inilah kon

fl

ik antarkelompok

korporatif akan berkembang.

6) Kon

fl

ik Antarkelompok Ideologis

Kelompok ideologis dapat dikatakan sebagai kelompok yang memiliki keyakinan yang

sama, seperti sekte-sekte, masyarakat intelektual, partai-partai politik. Suatu doktrin akan

berubah menjadi ideologi jika terdapat suatu kelompok sosial yang menganutnya. Secara

umum kelompok ideologi dapat kita kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kelompok-

kelompok politik dan kelompok-kelompok non-politik.

Ideologi politik merupakan ideologi-ideologi yang berhubungan dengan hakikat kekua-

saan dan pelaksanaannya. Oleh karena itu, ideologi politik memiliki pengaruh yang besar

terhadap perkembangan antagonisme politik. Pada satu sisi, ideologi politik dapat menyatu-

kan komunitas dengan mendorong anggotanya untuk menerima kekuasaan yang memerin-

tahnya dan dengan mengembangkan rasa kepatuhan terhadap perintah. Di sisi lain, ideologi

dapat membagi suatu komunitas jika beberapa ideologi berada dalam suatu wilayah yang

sama. Dewasa ini, partai-partai politik merupakan kelompok ideologis utama.

Sedangkan ideologi-ideologi non-politik merupakan suatu ideologi yang tidak memi-

liki hubungan langsung dengan kekuasaan, seperti

fi

loso

fi

, agama, artistik, dan sebagainya.

Ideologi non-politik ini juga berpotensi untuk membentuk kelompok-kelompok yang teror-

ganisir. Misalnya, agama melahirkan sekte-sekte, kesenian melahirkan aliran-aliran,

fi

lsafat

melahirkan gerakan-gerakan, dan sebagainya. Sekte-sekte, aliran-aliran, gerakan-gerakan,

dan sebagainya itulah yang dapat menimbulkan kon

fl

ik antarkelompok.

Wujud kon

fl

ik ditandai dengan adanya upaya saling mengancam dan bahkan saling

menghancurkan satu sama lain secara tidak wajar dan tidak konstitusional. Sudah barang

tentu kon

fl

ik dapat terjadi antar perorangan, antara perorangan dengan kelompok, dan antara

kelompok dengan kelompok. Berkembangnya kon

fl

ik sosial akan membawa beberapa aki-

bat sebagai berikut:

a) Yang Bersifat Konstruktif

-

Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri (

in group solidarity

),artinya

semakin besar permusuhan atau kon

fl

ik terhadap kelompok luar, maka akan se-

makin besar pula integrasi atau solidaritas intern kelompok.

-

Munculnya pribadi-pribadi yang kuat atau tahan uji menghadapi berbagai situasi

kon

fl

ik.

-

Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkon

fl

ik dalam kekuatan seim-

bang

b) Yang Bersifat Destruktif

-

Retaknya persatuan kelompok

-

Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia

-

Berubahnya sikap dan kepribadian individu, baik yang mengarah ke hal yang posi-

tif maupun ke hal yang negatif

-

Munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap kelompok yang kalah

Kon

fl

ik Sosial

35

Benturan kepentingan, perbedaan pandangan dan sebagainya yang mengarah menjadi

sebuah kon

fl

ik memang sering terjadi pada masyarakat yang majemuk. Perundingan (

nego-

tiation

) merupakan jalan tengah yang perlu diambil untuk menghindari akibat paling buruk

dari adanya kon

fl

ik. Beberapa perundingan (

negotiation

) yang dikenal antara lain adalah

sebagai berikut:

1)

Toleransi

, yakni sikap untuk saling menghargai dan saling menghormati dengan cara

memahami keberadaan dan pendirian masing-masing pihak.

2)

Konfersi

, yakni salah satu pihak bersedia untuk mengalah dan bersedia menerima ke-

beradaan dan pendirian pihak lain. Terjadinya konfersi sangat dipengaruhi oleh adanya

sikap toleransi yang tinggi.

3)

Kompromi

, yakni kesepakatan untuk saling mengalah, saling memberi, dan saling

menerima antara masing-masing pihak yang terlibat kon

fl

ik.

4)

Konsiliasi

, yakni usaha yang dilakukan oleh pihak ketiga untuk mempertemukan pihak-

pihak yang terlibat kon

fl

ik dalam sebuah perundingan untuk mencapai persetujuan ber-

sama.

5)

Mediasi

, yakni kehadiran pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penengah

antara pihak-pihak yang terlibat dalam kon

fl

ik.

6)

Arbritasi

, yakni penyelesaian kon

fl

ik melalui pihak ketiga yang dipilih oleh pihak-

pihak yang terlibat kon

fl

ik.

7)

Ajudikasi

, yakni upaya penyelesaian kon

fl

ik melalui badan pengadilan.

8)

Genjatan senjata

, yaitu penangguhan peperangan dengan menghentikan kegiatan tem-

bak menembak antara pihak-pihak yang terlibat kon

fl

ik dalam jangka waktu tertentu

sambil mencari jalan keluar secara damai.

Dalam kehidupan sosial tampak bahwa antara kon

fl

ik dan perdamaian selalu terjadi se-

cara silih berganti. Ini berarti perdamaian dan kon

fl

ik tidak mungkin bersifat langgeng (per-

manen). Namun demikian, secara umum manusia cenderung berusaha menghindari muncul-

nya kon

fl

ik. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah

berkembangnya kon

fl

ik sosial yang dikenal dengan istilah

mekanisme katup pengaman

.

Pada prinsipnya

mekanisme katup pengaman

merupakan pola-pola perilaku dalam interaksi

sosial yang secara sengaja dilakukan untuk mencegah dan/atau memecahkan kon

fl

ik. Me-

kanisme katup pengaman dapat diperhatikan pada beberapa contoh berikut ini:

1) Mengadukan problem kepada pihak ketiga untuk mencari jalan keluar. Misalnya se-

orang suami menyampaikan keluh kesah tentang kesalahpahamannya dengan sang istri

kepada seorang ulama agar dicarikan jalan keluarnya.

2) Dengan melakukan sindiran terhadap perilaku seseorang yang kurang wajar sehingga

persoalan dapat diselesaikan tanpa harus baku hantam.

3) Kedua belah pihak yang terlibat kon

fl

ik membuat suatu pertemuan untuk melakukan

musyawarah dalam rangka memecahkan persoalan yang dihadapi.

E. PERBEDAAN KONFLIK DAN KEKERASAN

Ancaman dan kekerasan senantiasa dikaitkan dengan kon

fl

ik, kekerasan merupakan alat

dari kon

fl

ik untuk mencapai tujuan. Tetapi pada dasarnya kon

fl

ik berbeda dengan kekerasan.

36

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

Menurut

Prof.DR.Winardi, S.E.

, kon

fl

ik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat

antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi berkaitan dengan

perbedaan-perbedaan pendapat, keyakinan-keyakinan, ide-ide maupun kepentingan-

kepentingan. Sedangkan kekerasan berarti perbuatan seseorang atau kelompok yang

menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan

fi

sik atau barang

orang lain.

Kon

fl

ik tidak jarang berakhir dengan kekerasan, apabila upaya untuk menyelesaikan

kon

fl

ik tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh.

E. INTEGRASI SOSIAL

Integrasi menurut

Paul Horton

adalah proses pengembangan masyarakat di mana

segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan serta secara bersama-sama dalam

kehidupan budaya dan ekonomi. Integrasi sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-

unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu

pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Bentuk-bentuk

integrasi sosial:

a. Integrasi keluarga

Integrasi keluarga akan tercapai apabila seluruh anggota keluarga mampu menjalankan

peran dan fungsinya dengan baik sesuai denagn kedudukannya masing-masing

b. Integrasi kekerabatan

Integrasi dalam kekerabatan akan tercapai jika masing-masing anggota mematuhi nilai

dan norma yang berlaku

c. Integrasi asosiasi (perkumpulan)

Integrasi asosiasi tercapai apabila tujuan, kepentingan, dan minat tercapai

d. Integrasi masyarakat

Integrasi masyarakat akan tercapai apabila unsur-unsur yang ada dalam masyarakat

dapat terpenuhi

e. Integrasi suku bangsa

Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golonngan sosial lainnya

karena mempunyai ciri-ciri yang mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul dan

tempat asal serta kebudayaannya. Masing-masing suku bangsa memiliki karakteris-

tik dan sifat-sifat tersendiri. Misalnya memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan

tercermin dalam kebudayaan, mewujudkan komunikasi dan interaksi serta mempunyai

anggota yang mengenali dirinya serta dikenal oleh orang lain sebagai bagian dari satu

kategori yang dapat dibedakan dengan kategori lainnya. Apabila sifat-sifat tersebut di-

miliki oleh masing-masing anggota dan juga oleh kelompok sebagai satu kesatuam

maka tercapailah integrasi dari suku bangsa tersebut.

f. Integrasi bangsa

Pengertian bagsa dalam arti nation adalah kumpulan orang–orang yang memiliki

sifat-sifat kemasyarakatan tertentu. Menurut

Ernest Renan

bangsa (nation) terbentuk

dari orang-orang yang mempunyai kesamaan latar belakang sejarah, pengalaman

Kon

fl

ik Sosial

37

sejarah, pengalaman dan perjuangan yang sama demi mencapai hasrat untuk bersatu.

Negara Indonesia adalah negara yang tidak hanya multikultural tapi juga multietnis.

Jika keberagaman tersebut dipraktekan dengan porsi yang tepat, maka

multicultural

dan

multietnis

yang dimiliki bangsa Indonesia dapat mendukung integritas bangsa.

Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial

a. Pengorbanan

Pengorbanan bertujuan untuk mempertahankan kestabilan integrasi

b. Toleransi di dalam kelompok sosial

Toleransi berarti membiarkan orang lain atau kelompok lain berbuat sesuai dengan

aturan atau keinginan tanpa ada campur tangan dari pihak lain.

c. Kesediaan untuk mencapai konsensus

d. Mengidenti

fi

kasikan akar persamaan diantara kultur-kultur etnis yang ada

e. Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama dalam

kehidupan budaya dan ekonomi

f. Mengakomodasi timbulnya kebangkitan etnis

g. Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi

h. Menghilangkan pengkotak-kotakan kebudayaan.

38

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

Keteraturan sosial merupakan sebuah kondisi dinamis yang ditimbulkan oleh terciptanya

sendi-sendi kehidupan masyarakat secara tertib dan teratur sesuai dengan sistem nilai

dan sistem norma yang berlaku. Keteraturan sosial merupakan gambaran tentang sebuah

masyarakat yang tertib. Keteraturan sosial tersebut merupakan sebuah proses interaksi yang

serasi, selaras, dan seimbang di mana masing-masing unsur di dalam masyarakat tersebut

berpegang teguh kepada sistem nilai dan sistem norma yang berlaku. Keteraturan sosial ini

dapat terjadi jika didukung oleh beberapa unsur keteraturan sosial, antara lain: order, pola,

keajegan, dan tertib sosial.

Wujud interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,

antara individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok. Adapun bentuk

interaksi sosial secara umum terdiri dari dua kategori, yaitu: (1) interaksi sosial yang bersi-

fat asosiatif atau interaksi antara dua dua orang atau lebih yang mengarah kepada hubungan

asosiasi, dan (2) interaksi sosial yang bersifat disosiatif atau interaksi antara dua orang atau

lebih yang mengarah kepada hubungan disosiatif atau pertentangan.

Kerja sama dapat diartikan sebagai interaksi antara individu dengan individu, antara

individu dengan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok yang menjalin

kesepakatan dalam mencapai tujuan bersama.

James D. Thompson dan William J. Mc Ewen membagi kerja sama menjadi lima

bentuk, yaitu:

a. Kerukunan,

b. Bargaining,

c. Kooptasi,

d. Koalisi, dan

e. Patungan (Joint-venture).

Pada dasarnya kon

fl

ik sosial merupakan benturan beberapa kepentingan antara dua

orang atau lebih yang saling mempengaruhi dalam proses interaksi sebagai akibat dari

adanya perbedaan paham atau perbedaan kepentingan yang bersifat mendasar. Munculnya

kon

fl

ik diawali dengan adanya jurang pemisah (

gap

) yang meretakkan proses interaksi sosial.

Beberapa hal yang sering menjadi penyebab terjadinya kon

fl

ik adalah sebagai berikut:

a. Adanya perbedaan pandangan yang berkenaan dengan persoalan prinsip.

b. Adanya perselisihan paham yang membangkitkan emosi kedua belah pihak.

c. Adanya benturan kepentingan terhadap suatu objek yang sama.

d. Adanya perbedaan sistem nilai dan sistem norma yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat.

f. Adanya perbedaan kepentingan politik baik yang bersifat lokal, nasional, maupun

internasional.

Bentuk-bentuk kon

fl

ik sosial yang ada dalam masyarakat adalah:

(1) Kon

fl

ik Antarkelas

R

angkuman

i

l

k

b

h

k

d

i

i

di

i

d

i

i

b

lk

l

h

i

Kon

fl

ik Sosial

39

(2) Kon

fl

ik Antarras

(3) Kon

fl

ik Antarkelompok Horisontal

(4) Kon

fl

ik Antarkelompok Teritorial

(5) Kon

fl

ik Antarkelompok Korporatif

(6) Kon

fl

ik Antarkelompok Ideologis

Wujud kon

fl

ik ditandai dengan adanya upaya saling mengancam dan bahkan saling

menghancurkan satu sama lain secara tidak wajar dan tidak konstitusional. Berkembangnya

kon

fl

ik sosial akan membawa beberapa akibat sebagai berikut:

1. Yang Bersifat Konstruktif

a) Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri

b) Munculnya pribadi-pribadi yang kuat atau tahan uji menghadapi berbagai situasi

kon

fl

ik.

c) Munculnya kompromi baru apabila pihak yang berkon

fl

ik dalam kekuatan seim-

bang

2. Yang Bersifat Destruktif

a) Retaknya persatuan kelompok

b) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia

c) Berubahnya sikap dan kepribadian individu, baik yang mengarah ke hal yang posi-

tif maupun ke hal yang negative

d) Munculnya dominasi kelompok yang menang terhadap kelompok yang kalah

Perundingan (

negotiation

) merupakan jalan tengah yang perlu diambil untuk meng-

hindari akibat paling buruk dari adanya kon

fl

ik. Beberapa perundingan (negotiation) yang

dikenal antara lain adalah sebagai berikut:

• Toleransi,

• Konfersi,

• Kompromi,

• Konsiliasi,

• Mediasi,

• Arbritasi,

• Ajudikasi, dan

• Genjatan senjata,

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah

berkembangnya kon

fl

ik sosial yang dikenal dengan istilah mekanisme katup pengaman.

Mekanisme katup pengaman dapat diperhatikan pada beberapa contoh berikut ini:

Mengadukan problem kepada pihak ketiga untuk mencari jalan keluar.

• Dengan melakukan sindiran terhadap perilaku seseorang yang kurang wajar

sehingga persoalan dapat diselesaikan tanpa harus baku hantam.

Kedua belah pihak yang terlibat kon

fl

ik membuat suatu pertemuan untuk melaku-

kan musyawarah dalam rangka memecahkan persoalan yang dihadapi.

40

Sosiologi

SMA dan MA Kelas XI IPS

Pada dasarnya kon

fl

ik berbeda dengan kekerasan, menurut Prof.DR.Winardi, S.E.,

kon

fl

ik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-

kelompok atau organisasi-organisasi berkaitan dengan perbedaan-perbedaan pendapat,

keyakinan-keyakinan, ide-ide maupun kepentingan-kepentingan. Sedangkan kekerasan be-

rarti perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain

atau menyebabkan kerusakan

fi

sik atau barang orang lain.

Integrasi menurut Paul Horton adalah proses pengembangan masyarakat di mana seg-

enap kelompok ras dan etnik mampu berperan serta secara bersama-sama dalam kehidupan

budaya dan ekonomi.

Bentuk-bentuk integrasi sosial:

a. Integrasi keluarga

b. Integrasi kekerabatan

c. Integrasi asosiasi (perkumpulan)

d. Integrasi masyarakat

e. Integrasi suku bangsa

f. Integrasi bangsa

Faktor-faktor Pendorong Integrasi Sosial

1. Pengorbanan

2. Toleransi di dalam kelompok sosial

3. Kesediaan untuk mencapai consensus

4. Mengidenti

fi

kasikan akar persamaan diantara kultur-kultur etnis yang ada

5. Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara bersama-sama

dalam kehidupan budaya dan ekonomi

6. Mengakomodasi timbulnya kebangkitan etnis

7. Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi

8. Menghilangkan pengkotak-kotakan kebudayaan.

F

Latihan

Jawablah beberapa pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Jelaskan pengertian dari keteraturan sosial dan berikan contoh-contohnya dalam

kehidupan nyata!

2. Uraikan dengan singkat proses terbentuknya keteraturan sosial!

3. Uraikan dengan jelas, mengapa kerja sama dikatakan sebagai wujud dari keteraturan

sosial?

4. Sebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya kon

fl

ik sosial!

5. Sebutkan bentuk-bentuk kon

fl

ik sosial yang terjadi dalam masyarakat?

Glosarium

Interaksi

: hubungan antara dua orang atau lebih.

Demontrasi

: menyuarakan aspirasi dengan turun kejalan.

Keteraturan sosial: sebuah kondisi dinamis yang ditimbulkan oleh terciptanya sendi-sendi

kehidupan masyarakat secara tertib dan teratur sesuai dengan sistem

nilai dan sistem norma yang berlaku

order

: suatu sistem nilai dan sistem norma yang diakui dan dipatuhi oleh

warga masyarakat secara konsisten.

Konsistensi

: Ketaatan/keteguhan hal dalam menjalankan suatu hal.

social order

: suatu sistem atau tatanan nilai dan norma sosial yang diakui dan di-

patuhi oleh segenap warga masyarakat.

Keajegan

: sebuah kondisi keteraturan di dalam kehidupan sosial yang terjadi

secara tetap dan berlangsung terus menerus.

Tata tertib

: peraturan

Uniform : seragam

Pola

: suatu bentuk dari interaksi sosial pada masyarakat tertentu.

Tertib sosial

: suatu kondisi di mana setiap warga masyarakat memegang tegus sis-

tem nilai dan sistem norma yang berlaku sehingga terjadi keselarasan

antara tindakan sosial dengan nilai dan norma yang berlaku terse-

but.

Norma

: tata hukum dalam masyarakat yang bersifat mengikat.

ketertiban sosial : sebuah kondisi di mana setiap sendi kehidupan masyarakat berjalan

secara teratur.

interaksi sosial

: suatu proses saling mempengaruhi antara dua orang atau lebih.

Interaksi sosial yang

bersifat asosiatif : suatu gambaran interaksi antara dua dua orang atau lebih yang men-

garah kepada hubungan kerjasama

interaksi sosial yang

bersifat disosiatif : suatu gambaran interaksi antara dua orang atau lebih yang menga-

rah kepada hubungan dososiatif atau pertentangan

kerjasama

: hubungan antara dua orang atau lebih untuk untuk mencapai suatu

tujuan bersama.

Gotong royong

: bentuk kerjasama didalam masyarakat.

Subak

: sistem pertanian di bali.

Spesi

fi

k : khusus

kon

fl

ik sosial

: benturan beberapa kepentingan antara dua orang atau lebih yang sal-

ing mempengaruhi dalam proses interaksi sebagai akibat dari adanya

perbedaan paham atau perbedaan kepentingan yang bersifat men-

dasar.

Gap

: jurang pemisah.

Ras

: pengelompokan manusia berdasarkan warna kulit, asal usul.

Horizon : mendatar

Vertikal : keatas.

Terotorial

: kelompok orang yang menempati wilayah tertentu.

Korporatif

: kelompok orang yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, biasanya

berlatar belakang pendidikan dan lainnya.

Idiologis

: keyakinan seseorang atas suatu hal.

Konstruktif : membangun

Destructive : menghancurkan.

42